Solusi Jika di Pondok Pesantren Ada yang Terindikasi LGBT
[Rubrik: Faidah Ringkas]
Tidak diragukan lagi perilaku homoseksual adalah sebuah perilaku yang sangat tercela dalam agama. Kelainan orientasi seksual ini merupakan perilaku hina dan pelanggaran berat yang pernah dilakukan oleh kaumnya Nabi Luth. Allah berfirman,
وَلُوْطًا اِذْ قَالَ لِقَوْمِهٖٓ اَتَأْتُوْنَ الْفَاحِشَةَ وَاَنْتُمْ تُبْصِرُوْنَ . اَىِٕنَّكُمْ لَتَأْتُوْنَ الرِّجَالَ شَهْوَةً مِّنْ دُوْنِ النِّسَاۤءِ ۗبَلْ اَنْتُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُوْنَ
“(Ingatlah kisah) Luth ketika dia berkata kepada kaumnya, ‘Mengapa kamu mengerjakan perbuatan keji, padahal kamu mengetahui (kekejiannya)? Mengapa kamu mendatangi laki-laki, bukan perempuan, untuk (memenuhi) syahwat(-mu)? Sungguh, kamu adalah kaum yang melakukan (perbuatan) bodoh.’” (QS An-Naml: 54-55)
Sangat disayangkan karena penyimpangan ini tidak mengenal tempat, hingga pondok pesantren yang sehari-harinya mengajarkan nilai-nilai Islam juga tidak luput menjadi korbannya. Sebuah realita yang sangat menyedihkan. Tentu merupakan tugas kita semua dan secara khusus pengasuh pondok untuk menanggulangi penyakit ini.
Agama Islam lebih mendahulukan solusi daripada hanya sekedar mencela dan mengumpat. Solusi untuk menanggulangi penyakit ini adalah memutus mata rantai penularannya.
Pertama yang perlu dilakukan adalah membentuk tim untuk menganalisis dan mendeteksi apakah diantara santri atau pihak pengasuh ada yang terindikasi LGBT.
Mendeteksi kelainan orientasi seksual bukanlah hal yang mudah karena hal tersebut tidak nampak secara jelas, karena gay tidak serta merta seperti waria yang berjenis kelamin laki-laki lalu berdandan dan bersikap layaknya wanita, akan tetapi kelainan tersebut bisa dikenali dari beberapa gejala yang mengindikasikan kesana.
Di antaranya pria gay sangat perhatian dengan penampilan melebihi pria normal pada umumnya. Memiliki bentuk tubuh atletis merupakan hal yang sangat penting bagi pria gay. Namun menjaga bentuk tubuh sering kali bukan karena alasan kesehatan dan kebugaran, tetapi lebih kepada mendukung penampilan. Kebanyakan pria gay juga sedikit banyak agak bersikap gemulai seperti wanita, meskipun atletis, namun gesture dan sikapnya tetap tidak bisa terelakkan.
Ciri-ciri tersebut tentu bukan hal yang mutlak, namun bisa menjadi indikasi sehingga perlu dilakukan penelitian lebih jauh. Jika memang terbukti benar, maka berikutnya lakukan pendekatan dengan pelan dan penuh hikmah kepada pihak bersangkutan. Jangan dihina dan dikucilkan, namun sampaikan kepadanya bahwa kita menginginkan kesembuhan untuknya dan kita pun mendukung proses penyembuhannya
Orang tua dari santri yang bersangkutan juga perlu diberikan pemahaman dan diajak kerja sama agar anak tersebut bisa sembuh. Hadirkan psikologi untuk mengawasinya, ikutkan ke komunitas-komunitas yang bisa membantunya untuk sembuh, tak pernah lelah berdoa kepada Allah agar menyembuhkannya.
Setelah itu, pihak pondok harus mengambil tindakan preventif dengan memutus mata rantai penularannya. Caranya adalah mengeluarkan dari pondok orang-orang yang terindikasi penyakit LGBT tersebut, karena penyakit tersebut menular. Siklusnya bermula dari orang yang awalnya adalah korban LGBT kemudian akhirnya penjadi pelaku, lalu melahirkan korban lagi yang akhirnya menjadi pelaku juga, demikian seterusnya. Solusi yang nampaknya merugikan sebagian pihak tetapi insyaAllah itulah yang maslahat.
Artikel www.muslimafiyah.com (Asuhan Ustadz dr. Raehanul Bahraen, M.Sc., Sp. PK, Alumnus Ma’had Al Ilmi Yogyakarta)
Artikel asli: https://muslimafiyah.com/solusi-jika-di-pondok-pesantren-ada-yang-terindikasi-lgbt.html